SUARABAHANA.COM — Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Bangka Selatan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas indikator kesehatan dan fertilitas remaja. Acara ini berlangsung di Ruang Rapat Bappelitbangda Bangka Selatan mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai, 20 November 2024.

1000225458

Kepala Bappelitbangda, Ir. Herman, SP., M.Eng., memberikan apresiasi terhadap BPS yang telah menyelenggarakan FGD ini. Menurutnya, forum ini bertujuan untuk memperdalam proses pengumpulan data yang relevan, terutama terkait dengan indikator kematian ibu dan fertilitas remaja. Data ini akan menjadi acuan penting dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029 serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

“Hasil observasi di Bangka Selatan menunjukkan bahwa isu pernikahan usia dini adalah akar dari berbagai masalah kesehatan, termasuk gizi buruk, stunting, kematian ibu, dan angka kematian bayi,” ujar Herman. Ia menambahkan, wilayah Bangka Selatan dipilih sebagai sampel untuk analisis lebih mendalam.

Indikator Total Fertility Rate (TFR) di Bangka Selatan tercatat sebesar 2,15, sementara Angka Kelahiran Remaja (ASFR) berada di angka 32,4. Diskusi juga membahas langkah-langkah intervensi yang dapat diambil, seperti peningkatan akses layanan kesehatan, advokasi kepada remaja, serta pengelolaan data yang lebih berkualitas. “Kami berharap FGD ini dapat memperkuat komitmen bersama dalam mengatasi permasalahan ini,” tambahnya.

Selain itu, FGD ini juga merupakan bagian dari persiapan pelaksanaan Survei Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2025. Kasubag Tata Usaha BPS Bangka Selatan, Imam Hidayat, menyampaikan harapannya agar SUPAS dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang berkualitas untuk kebijakan pembangunan daerah.

Turut hadir dalam FGD ini perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Kantor Kementerian Agama, serta beberapa kecamatan dan desa. Tim BPS Pusat juga ikut serta dalam diskusi ini, dengan harapan kolaborasi yang terjalin akan membantu Bangka Selatan mengatasi tantangan kesehatan, khususnya dalam masalah fertilitas remaja dan kematian maternal.