Nelayan Pasir Putih Tukak Sadai Ngeluh, Trawl dan Compreng Obok-obok Laut Kubu
SUARABAHANA.COM — Nelayan Desa Pasir Putih Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluh atas keberadaan kapal trawl dan compreng yang merajalela di perairan laut Kubu, Toboali.
Unang (43), seorang nelayan Pasir Putih, mengungkapkan bahwa penggunaan kapal dengan alat tangkap merusak tersebut tidak berasal dari nelayan lokal.
“Nelayan resah dengan keberadaan trawl, terutama compreng yang beroperasi di sekitar pantai laut Kubu,” ungkap Unang kepada Mediaqu.co, jejaring Suara Bahana, pada Senin (26/2/24).
Menurut Unang, keberadaan aktivitas tersebut dinilai mengancam keberlangsungan hidup nelayan, terutama mereka yang menggunakan alat tangkap tradisional.
“Tangkapan nelayan menurun lagi. Mereka masuk saat musim Barat dan bekerja pada malam hari,” tambahnya.
Dia berharap Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dan aparat penegak hukum dapat segera mengatasi keluhan nelayan tradisional.
“Jumlahnya puluhan, bahkan bisa ratusan. Jaraknya sekitar 10 km dari bibir pantai, padahal aturan jaraknya seharusnya 20 mil,” jelas Unang.
Keresahan serupa juga diungkapkan oleh Andi (30), nelayan tradisional setempat. Kapal trawl dan compreng, katanya, membuat nelayan kesulitan mencari makan karena hasil tangkapan menurun.
Menurutnya, berdasarkan temuan para nelayan, kedua alat tangkap ini merusak terumbu karang hingga biota laut karena mereka dikendalikan sampai ke dasar laut.
“Segala jenis ikan, termasuk bibit ikan, masuk ke dalam jaring. Setelah terumbu karang rusak dan perairan menjadi keruh, ikan juga tidak mau bertelur lagi,” ungkap Andi.
Menanggapi keluhan nelayan, Kapolres Bangka Selatan, AKBP Trihanto Nugroho, menyatakan terima kasih atas informasi yang diberikan dan berjanji untuk segera berkoordinasi dengan jajarannya.
“Terima kasih infonya. Akan dicek,” ujar Trihanto Nugroho seperti dikutip Mediaqu.co.
Tinggalkan Balasan