Sinergitas: Ketika Kolaborasi Disalahartikan dan Menjadi Tameng Kesalahan
OPINI
Oleh Martono (Redaktur Pelaksana suarabahana.com)
DALAM kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pemerintahan, organisasi, maupun kelompok sosial lainnya, kita sering mendengar istilah “sinergitas.” Secara umum, istilah ini menggambarkan kolaborasi yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama yang maksimal. Sinergitas ini dibangun melalui komunikasi yang baik, koordinasi yang terarah, dan pemahaman bersama terhadap tujuan yang hendak dicapai.
Namun, belakangan ini, makna sinergitas kerap disalahartikan dan digunakan sebagai alat untuk menutupi kesalahan individu atau kelompok. Fenomena ini semakin mengemuka ketika suatu pelanggaran atau kesalahan ditutupi dengan dalih menjaga kebersamaan atau demi menjaga keharmonisan dalam kelompok. Akibatnya, sinergitas yang seharusnya menjadi pondasi kolaborasi positif justru berubah menjadi tameng bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sinergitas Sebagai Alat Penutup Kesalahan
Di lapangan, sinergitas sering kali dijadikan alasan untuk melindungi seorang “teman” yang melakukan kesalahan. Apa pun bentuk kesalahan itu—mulai dari pelanggaran kecil hingga tindak pidana korupsi—akan ditutup rapat-rapat dengan dalih menjaga kebersamaan dan harmoni dalam kelompok. Seolah-olah, menutupi kesalahan teman adalah bentuk solidaritas yang lebih penting daripada menegakkan keadilan.
Padahal, masyarakat sering kali mengetahui dengan jelas kesalahan yang terjadi. Ibarat pepatah “gajah di pelupuk mata tak tampak,” banyak pihak dalam kelompok tersebut sengaja menutup mata terhadap kesalahan yang dilakukan teman mereka. Bahkan, ketika masyarakat mulai bersuara dan menuntut pertanggungjawaban, respons yang diberikan adalah diam dan tak adanya tindakan nyata.
Kasus dugaan korupsi dengan kerugian negara yang ditaksir mencapai miliaran rupiah adalah contoh nyata dari sinergitas yang disalahgunakan. Dalam kasus-kasus seperti ini, sering kali tindakan tegas yang seharusnya diambil justru diabaikan dengan alasan “tidak enak hati” kepada pelaku. Ini menunjukkan betapa lemahnya sistem dalam menjaga integritas dan keadilan, ketika sinergitas hanya dijadikan alasan untuk melindungi kepentingan pribadi atau kelompok.
Dampak Negatif Pembiaran Kesalahan
Pembiaran terhadap kesalahan, apalagi jika dilakukan dalam skala besar seperti dugaan korupsi, akan sangat merugikan masyarakat. Kesalahan yang dibiarkan tanpa adanya konsekuensi yang tegas tidak hanya melemahkan sistem hukum, tetapi juga memberikan pesan yang salah kepada pelaku. Mereka yang seharusnya menerima sanksi atas tindakan mereka justru merasa semakin aman karena dilindungi oleh jaringan sinergitas yang penuh dengan kepentingan tersembunyi.
Lebih dari itu, para pelaku yang merasa dilindungi oleh dalih sinergitas negatif akan semakin leluasa untuk melancarkan aksi-aksi serupa. Mereka tidak hanya mengincar pundi-pundi uang negara untuk keuntungan pribadi, tetapi juga terus mencari celah dalam sistem yang memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari tanggung jawab. Dalam jangka panjang, sinergitas yang seharusnya menjadi alat kolaborasi positif justru menjadi wadah yang melahirkan pengkhianatan terhadap kepentingan publik.
Pengkhianat yang berleha-leha di balik perlindungan sinergitas ini akan semakin merasa kuat, karena merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan terungkap atau tidak akan menimbulkan konsekuensi serius. Mereka akan terus memanfaatkan posisi dan pengaruh mereka untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa peduli pada dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat.
Sinergitas Sejati: Mengingatkan, Bukan Menutupi
Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang berani mengingatkan ketika kita salah langkah. Sinergitas yang sehat tidak seharusnya berfungsi untuk menutupi kesalahan, melainkan untuk mendorong perbaikan bersama. Seorang teman yang mendorong kita ke jurang dengan alasan menjaga kebersamaan bukanlah teman yang sejati. Sebaliknya, seorang teman sejati adalah yang berani mengambil risiko untuk mengingatkan kita ketika kita berbuat salah, meskipun itu mungkin tidak nyaman atau tidak populer.
Kolaborasi yang sebenarnya adalah ketika semua pihak berkomitmen untuk saling mendukung dalam hal perbaikan diri dan pencapaian tujuan bersama. Ini berarti, jika ada kesalahan yang terjadi, sinergitas harus berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki dan menyelesaikan masalah, bukan untuk menutupi atau membiarkan kesalahan tersebut.
Sinergitas yang positif harus dibangun di atas dasar kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Tanpa elemen-elemen ini, sinergitas hanya akan menjadi topeng bagi mereka yang ingin melarikan diri dari tanggung jawab. Komunikasi yang terbuka dan koordinasi yang baik adalah kunci untuk memastikan bahwa kolaborasi yang dilakukan benar-benar membawa manfaat bagi semua pihak, bukan hanya segelintir orang yang memiliki kepentingan pribadi.
Sinergitas dalam Arti Negatif
Sayangnya, sinergitas dalam arti negatif sering kali merupakan hasil dari ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap suatu kegiatan. Mereka menggunakan sinergitas sebagai alasan untuk tidak bertindak atau menunda-nunda penyelesaian masalah, sehingga pada akhirnya banyak permasalahan yang tidak terselesaikan. Pembiaran ini sering kali terjadi karena adanya kepentingan pribadi atau kelompok yang ingin dilindungi.
Dampak dari sinergitas negatif ini sudah bisa diprediksi sejak awal. Ketika masalah-masalah dibiarkan tanpa penyelesaian, maka akan terjadi penumpukan masalah yang semakin lama semakin sulit untuk diatasi. Masalah-masalah ini akan terus menggerogoti sistem dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Dalam akumulasi yang lebih luas, suatu daerah atau institusi bahkan bisa “kolaps” hanya demi menjaga bahasa sinergitas. Pada akhirnya, masyarakat pula yang akan menjadi korban dari sinergitas negatif ini.
Kembali ke Makna Sejati Sinergitas
Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mengembalikan makna sinergitas ke jalur yang benar. Sinergitas seharusnya menjadi alat untuk memajukan kepentingan bersama, bukan sebagai alasan untuk menutupi kesalahan atau kejahatan. Dalam setiap kelompok atau organisasi, perlu ada pemahaman bahwa kolaborasi yang sehat harus didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Jika ada kesalahan, maka tanggung jawab bersama harus diutamakan. Ini berarti, setiap anggota kelompok harus siap untuk bertindak dan mengakui kesalahan, serta bekerja sama untuk memperbaikinya. Sinergitas yang sejati bukanlah tentang menutupi kesalahan demi menjaga harmoni semu, melainkan tentang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih besar dengan cara yang benar.
Ketika sinergitas dipahami dengan cara yang benar, kolaborasi akan menghasilkan manfaat maksimal bagi semua pihak. Tidak ada pihak yang akan merasa dirugikan, karena setiap orang akan bertanggung jawab terhadap tindakan mereka masing-masing. Dengan demikian, sinergitas yang sejati akan menjadi fondasi yang kuat bagi kesuksesan kelompok atau organisasi.
Sinergitas adalah konsep yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, kita harus berhati-hati agar tidak menyalahgunakan konsep ini sebagai alasan untuk menutupi kesalahan. Sinergitas yang sehat harus selalu didasarkan pada prinsip-prinsip kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Hanya dengan cara inilah sinergitas bisa benar-benar memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, tanpa merugikan masyarakat luas.
Pada akhirnya, sinergitas bukanlah tentang melindungi teman yang salah, melainkan tentang bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama. Ketika kita memahami makna sejati dari sinergitas, kita akan mampu membangun kolaborasi yang sehat dan produktif, yang tidak hanya membawa manfaat bagi kelompok kita sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Tinggalkan Balasan