TOBOALI, SUARABAHANA.COM — Hidup berkecukupan dan layak tentu menjadi dambaan dan harapan setiap manusia. Tak terkecuali dengan keluarga Guntur (41 tahun) yang beralamat di Jalan Manunggal Mawar Desa Gadung Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

Ditemui Suara Bahana pada Rabu (5/10/2022) siang, Guntur dan istri sedang berada di kediamannya yang beratap rumbia dan asbes hasil bekas pakai, dan berdinding papan yang sudah lapuk dimakan usia. Sedangkan anaknya, Suci Mulyana (11 tahun), sedang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 15 Puput Toboali kelas 4.

Kondisi rumah yang ditempati Guntur bersama keluarganya.

Guntur menyampaikan, selain keluarganya yang terdiri dari istri dan anak, rumah yang mereka tempati juga didiami 3 orang iparnya yang berusia 25 – 40 tahun. “Di sini juga didiami tiga orang ipar saya. Rumah ini milik mertua saya,” kata Guntur.

[irp]

Bekerja sebagai buruh Tambang Inkonvensional (TI), Guntur terpaksa menganggur karena TI tempat dia mencari nafkah sedang tidak beroperasi. Kalaupun bekerja, dia biasanya menumpang dengan rekannya lantaran tidak memiliki kendaraan pribadi.

Ketika Suara Bahana menggali lebih jauh terkait bantuan dan fasilitas apa saja yang pernah diterima dari pemerintah, Guntur mengakui dan bersyukur karena keluarganya masih terdata dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Selain BPJS, dia juga mengaku pernah mendapat bantuan dari pemerintah berupa uang tunai sebesar Rp 300 Ribu, Rp 600 Ribu, dan Rp 900 Ribu, beberapa tahun lalu yang disalurkan oleh Pemerintah Desa Gadung Kecamatan Toboali.

Guntur, saat ditemui Suara Bahana, Rabu (5/10/2022).

“Cuma anak saya Suci Mulyana yang bersekolah di SDN 15 Puput Toboali tidak mendapat Kartu Indonesia Pintar,” tambah Guntur dengan tatapan nanar.

[irp]

Dia menambahkan, rumah yang mereka tempati saat ini memperolah penerangan lampu hasil sambungan kabel dari rumah tetangga yang berjarak kurang lebih 100 meter dengan bayaran Rp 30 Ribu per minggu.

“Rumah yang kami tempati juga tidak memiliki WC. Kamar mandi tidak ada. Kalau mandi kami ke Kolong bekas tambang. Kalau hujan sering bocor atapnya. Sebenarnya ingin sekali hidup layak. Kami tidak mau seperti ini. Namun apa daya kondisi seperti yang abang lihat,” tandas Guntur.